Postingan Final Test 2 #30DWC ini saya akan menceritakan kembali sebuah kisah
inspiratif yang sederhana tapi sangat dalam maknanya, dengan beberapa perubahan
dan penyesuaian. Sebuah pembelajaran hidup dari nasehat bijak seorang ayah.
via dizaz.me
Pada suatu hari ada seorang anak datang mengeluh kepada ayahnya.
“Sang anak menghampiri ayahnya dan duduk di sampingnya. “Ada apa? Ceritakan
ayah akan mendengarkanmu!”
“Yah, aku capek... tiap hari harus belajar mati-matian biar dapat nilai
bagus sedangkan temanku dapat nilai
bagus tanpa belajar, kan ga adil yah... “ cerita sang anak sambil merengek
“Aku capek harus selalu jaga sikap untuk menghormati orang lain sedang
orang lain ga pernah menghormati aku, sikapnya selalu saja seenaknya”
“Aku capek harus selalu menahan diri, aku ingin seperti mereka, bebas
bersikap tanpa peduli perasaan orang lain... hiks “ sang anak mulai menangis
“Wis mari sambatane, nak?”
Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya “Cah ayu ayo ikut,
ayah akan tunjukkan sesuatu.”
Sang anak pun kembali mengeluh “ayah jalan macam apa ini? Kita mau kemana?
Aku ga mau lewat jalan ini aku ga suka, lihat sepatuku jadi kotor kena lumpur,
kakiku sakit tertusuk duri, badanku gatal-gatal digigit serangga, dan ga bisa
jalan karena dihadang ilalang. Aku benci jalan ini. Ayo pergi dari sini, yah!
Sang ayah hanya diam mendengar anaknya tak henti mengeluh sepanjang perjalanan.
Setelah melalui perjalanan panjang yang menyakitkan akhirnya mereka berdua
tiba di sebuah tempat. Tempat yang cukup asing tapi sangat menakjubkan. Disana
ada telaga yang sangat indah dengan air yang jernih, airnya segar, dan hawanya
sangat sejuk. Di samping telaga tampak kebun yang indah, bunga-bunganya cantik
dan pohon-pohonnya rindang.
“Subhanallah, tempat apa ini, yah? Aku suka sekali!” sang ayah hanya diam
kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rumput hijau.
“Kemari cah ayu, duduk samping ayah!” lalu sang anak pun menghampiri ayah
dan duduk di sampingnya.
“Anakku, tahukah kamu mengapa tempat seindah ini begitu sepi?”
“Tidak tahu yah, emangnya kenapa?”
“Itu karena orang tidak mau menyusuri jalan tak layak dilewati tadi, padahal
mereka tahu ada telaga indah di sini, tapi mereka tidak bisa sabar melewati
jalan yang tadi. Makanya sebelum sampai di sini mereka uda nyerah akhirnya
memutuskan kembali pulang.”
“Owh... berarti kita termasuk orang yang sabar ya, yah? Alhamdulillah”
“Iya, betul nak. Akhirnya kamu mengerti juga kan?”
“Cah ayu, butuh kesabaran dalam belajar itu, butuh kesabaran juga dalam
bersikap baik, juga kesabaran dalam kejujuran. Dalam setiap kebaikan butuh
kesabaran agar kita menang. Seperti jalan yang tadi, bukankah kau harus sabar
saat duri melukaimu, saat lumpur yang
mengotori sepatumu, saat melewati ilalang dan saat digigiti serangga. Pada
akhirnya semua kesabaranmu itu terbayar kan? Sebuah telaga indah menantimu. Coba
seandainya tadi kamu ga sabar, apa yang kamu dapat? Kamu ga akan dapat apa-apa,
mungkin hanya kesakitan. Maka dari itu terus bersabarlah anakku.” Nasehat Ayah
“Tapi, tidak mudah bersabar itu ayah”
“Ayah tahu, oleh karena itu ada ayah yang selalu menggenggam tanganmu agar
kau tetap kuat, ayah dan ibu juga akan selalu ada di sampingmu saat kau jatuh.
Tapi ingat nak, ayah dan ibu tidak bisa selamanya di sampingmu. Suatu saat
nanti, kau harus bisa mandiri, jangan pernah bergantung pada orang lain.
Jadilah dirimu sendiri, seorang gadis yang kuat agamanya, yang tetap tabah dan
sabar. Maka akan kau dapati dirimu tetap berjalan dalam kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti
dan kau tahu akhirnya kan? Ada kebahagiaan menantimu di depan.”
“Jika nanti engkau berumah tangga dan menjadi seorang ibu, maka jadilah
seperti air di telaga ini. Begitu indah dan bersih. Ia menjadi sumber kekuatan
dan kehidupan bagi apapun yang ada di sekitarnya. Air inilah yang menjadikan
bunga tampak indah dan banyak pohon rindang.” Pesan sang Ayah.
Subhanallah, kisah yang begitu menyentuh hati, nasehat bijak seorang ayah
yang begitu sayang pada putrinya. Semoga kisah di atas dapat memotivasi kita
untuk menjadi orang yang sabar dan tegar.
Semoga bermanfaat
Cahaya Fitria #30DWC24, 09 Maret 2016
Sumber Referensi:
www.katabijaklogs.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar