Di hari ke 22 ini saya mau
berbagi tentang hal-hal yang berbau sastra, apakah ada disini yang pecinta
sastra? Agak seriusan dikit nih, hari ini kita akan belajar bersama tentang
sebuah filosofi hidup yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga, bahasan ini masuk dalam
kategori penelitian sastra. Penasaran?
Tahukah kamu apa itu filosofi?
Filosofi merupakan pola pikir manusia atau prinsip hidup yang timbul dari
fenomena-fenomena kehidupan yang pernah dialami seseorang. Filosofi juga bisa dikatakan
cara bijak dalam memaknai hidup. Bagaimana cara bijak memaknai hidup yang diajarkan
oleh Sunan Kalijaga?
Monggo dibaca...
Monggo dibaca...
Sebelum membahas tentang filosofinya
kanjeng Sunan Kalijaga, izinkan saya sedikit membahas tentang siapa itu Sunan
Kalijaga. Barangkali sahabat ada yang belum tahu?
via kawruh-kejawen.blogspot.com
Pada jaman dahulu penyebaran
agama Islam di Pulau Jawa dipelopori oleh wali 9 (baca:9 wali). Salah satu
diantara 9 wali itu adalah Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan Sunan
Kalijaga. Beliau adalah murid dari Raden Makdum Ibrahim yang lebih dikenal
dengan sebutan Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menyebarkan agama islam di Jawa
Tengah. Beliau adalah seorang pemimpin, pujangga, dan filosof yang dalam
penyebaran agamanya melalui pendekatan yang berbeda disesuaikan dengan
lingkungan masyarakat. Penyampaian dakwah beliau tergolong unik berbeda dengan
para wali yang lainnya, seperti dakwah melalui filosofi-filosofi kehidupannya, gending-gending
tradisional, pertunjukan wayang, sampai tembang-tembang dolanan yang sarat akan
makna.
Terdapat beberapa filosofi
kehidupan yang diajarkan Sunan Kalijaga yang patut dijadikan renungan bersama.
Jika nasehat-nasehat dalam filosofi hidup Sunan Kalijaga itu kita jadikan
pegangan dan diteladani, insya Allah kita akan selamat dunia-akhirat. Aamiin
via turwahyudin.wordpress.com
Ada 10 filosofi kehidupan yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga ditulis dalam bahasa Jawa, tapi disini saya akan bahas 5 hal terlebih dulu diantaranya sebagai
berikut:
1.
Urip Iku
Urup (Hidup itu Nyala)
Wong urip iku
tansah murup tansa nduweni barokah marang liyan (Orang hidup itu harus hidup
harus dapat memberi barokah kepada yang lain) maksudnya bahwa kita sebagai manusia
itu harus bisa bermanfaat dan membawa barokah bagi orang lain.
Filosofi ini
mengingatkan saya pada sebuah hadits nabi SAW
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Ahmad,
Thabrani dan Daruqutni)
Inilah salah
satu tujuan hidup manusia. Seseorang harus memiliki keterpanggilan jiwa untuk
saling menolong saudaranya berusaha memberi manfaat walau sekecil apapun dan
jangan sampai merugikan orang lain. Karena manusia terbaik adalah manusia yang
memberi manfaat bagi sesamanya.
2. Memayu
Hayuning Bawono, Ambrasta Dur Angkoro (Memperindah keindahan dunia, Memberantas
Sifat Angkara Murka)
Mengandung makna
manusia itu harus memelihara dan memperbaiki lingkungan fisiknya, selain itu
manusia juga harus memelihara dan memperbaiki lingkungan spiritualnya.
Memelihara dan memperbaiki lingkungan fisiknya seperti menjaga kebersihan badan
dan lingkungannya sedangkan memelihara dan memperbaiki lingkungan spiritual itu
seperti menjaga sikap dan akhlaqnya, menghilangkan semua penyakit hati:
serakah, angkuh, sombong, iri, dengki dll. Hal inilah yang dapat memperindah
keindahan dunia.
3.
Suro
Diro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti (Segala sifat keras hati, picik,
angkara murka akan hilang dengan kelembutan hati dan kesabaran)
Mengandung makna
bahwa semua bentuk angkara murka (baca:kejahatan) yang bertahta dalam diri
manusia akan dapat dihilangkan/dikalahkan dengan sifat lemah lembut, sabar,
penuh kasih sayang dan kebaikan. Maksudnya untuk membalas kejahatan bukan
dengan kejahatan lain yang justru akan
menimbulkan masalah baru, tapi balaslah kejahatan itu dengan kebaikan.
4.
Ngluruk
Tanpo Bala, Menang Tanpo Ngasorake (Mendatangi tanpa bantuan, Menang tanpa
merendahkan)
Mengandung makna
berani menghadapi siapapun atau permasalahan apapun tanpa mengharap bantuan
orang lain. Menempuh kemenangan dengan jalan yang elegan, tanpa harus
merendahkan dan mempermalukan lawan.
5.
Datan
Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan mudah sakit hati saat
tertimpa musibah, Jangan mudah sedih saat kehilangan sesuatu)
Mengandung makna
saat diri tertimpa musibah janganlah mudah sakit hati bahkan sampai menyalahkan
Tuhan atas apa yang menimpa. Dan saat mengalami kehilangan seseorang/sesuatu
yang disayang janganlah mudah bersusah hati. Kembalikan semua padaNya karena
sesungguhnya semua berasal dariNya dan akan kembali padaNya.
Semoga bermanfaat
Tunggu lanjutannya di tulisan
berikutnya :)
Referensi:
sejarahsunankalijaga.blogspot.com
id.wikipedia.org
membumikanlangit.blogspot.com
sejarahwan.blogspot.com
falasik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar