Masih tentang memaknai 10
filosofi Jawa Sunan Kalijaga. Setelah dalam tulisan sebelumnya saya sudah
berbagi 5 filosofi Jawa beserta maknanya. Hari saya akan memenuhi janji saya
untuk merampungkan 5 sisanya. Penulisan ini sengaja saya bagi dalam dua tulisan
dikarenakan: Pertama, kalau ditulis seluruhnya dalam satu bagian pasti akan
sangat panjang, ditakutkan pembaca akan cepat merasa bosan. Kedua, setelah saya
amati lagi 10 filosofi Jawa Sunan Kalijaga ini, menuliskannya dalam 2 bagian
itu dirasa tepat, karena 10 filosofi ini ternyata juga terbagi dalam 2 bagian,
bagian pertama yang merupakan anjuran dan bagian kedua
ternyata berupa larangan.
via turwahyudin.blogspot.com
Tanpa berlama-lama lagi saya akan
langsung sajikan 5 yang tersisa itu
Mongo dibaca lagi...
Memaknai 10 filosofi Jawa yang
diajarkan Sunan Kalijaga bagian 2
1. Ojo
Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman (Jangan mudah kagum, Jangan mudah
menyesal, Jangan Kagetan atau mudah terkejut, Jangan manja)
Ojo Gumunan maksudnya
sebagai manusia janganlah kita gampang heran atau gampang kagum. Larangan ojo
gumunan=jangan gampang kagum dalam
keadaan dan peristiwa yang terjadi di dunia ini yang bersifat materi dan
duniawi. Orang yang mudah kagum akan gampang ketipu oleh penampilan luar, mulut
manis, dan rayuan gombal. Intinya hati-hati dalam menilai sesuatu dan jangan
latah terbawa arus.
Ojo Getunan maksudnya jadi
manusia itu jangan mudah menyesal/getun atas kejadian atau peristiwa yang
menimpa. Karena orang yang mudah menyesal akan cepat murung, mudah tersinggung,
kesenggol dikit mutung. Intinya biar ga gampang getun, lepaskan dan lupakan
yang telah terjadi ambil hikmahnya jadikan pelajaran untuk menjadi pribadi
lebih baik lagi ke depannya.
Ojo Kagetan maksudnya
jangan mudah kaget, jangan gampang terkejut, jangan mudah panik atau jangan
gampang stress. Ojo kagetan ini panduan untuk tidak bersikap reaktif atau
gegabah dalam menyikapi segala hal yang sensitif yang terjadi di sekeliling
kita. Karena jika kita menyelesaikannya dengan sikap reaktif, maka kemungkinan
besar kita bertindak berdasarkan emosional tanpa pikir panjang. Intinya jangan
kagetan biasakan diri hadapi segala macam perubahan yang ada baik itu suka
maupun duka, jalani apa adanya.
Ojo Aleman maksudnya jadi
manusia itu jangan manja, kolokan dan cengeng. Misalnya dikit-dikit pamer
kesedihan atau ngadu di dholimi lewat socmed agar dikasihani. Ga ada juara
sejati yang bermental cemen. Intinya Kalau pengen ngadu tentang masalah dalam
kehidupan langsung aja ngadu ke yang punya hidup, Allah SWT. Belajar menyimpan
kesulitan, beban atau kesedihan hidup untuk diri sendiri, bertekad hidup
mandiri ga gampang bergantung pada orang lain, dan coba terima kenyataan apa
adanya.
2. Ojo
Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman (Jangan mudah terobsesi
untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi)
Mengandung makna
manusia janganlah mudah terperdaya, terobsesi atau berkeinginan punya kedudukan
yang tinggi, harta yang melimpah ataupun kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya.
Intinya hidup itu baiknya sederhana saja.
3.
Ojo
Kuminter Mundhak Keblinger, Ojo Cidra Mundhak Cilaka (Jangan sok pintar agar
tidak salah arah, Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka)
Ojo Kuminter Mundhak Keblinger jadi
manusia itu jangan merasa paling pintar sendiri, tidak mau mendengar dan
menerima nasehat atau saran dari orang lain dan akhirnya akan membuat kita
menjadi salah jalan/salah arah (tersesat). Disisi lain merasa paling pintar
adalah tabiat yang tidak baik yang akan membuat kita sombong dan malas untuk
mamperbaiki diri. Hendaknya bersifatlah rendah hati sepintar apapun kita.
Ojo Cidra Mundhak Cilaka maksudnya dalam hidup
ini janganlah kita bersifat curang, menghalalkan segala untuk meraih apa yang
diinginkan yang akhirnya mencelakakan diri sendiri. Hendaknya bersifatlah
amanah jaga kepercayaan yang diberikan orang lain pada kita jangan dicurangi.
4. Ojo
Milik Barang Kang Melok, Ojo Mangro Mundhak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal
yang tampak mewah, cantik, indah dan jangan berfikir mendua agar niat dan semangat tidak kendor)
Ojo milik barang kang melok maksudnya
kita janganlah tergiur hanya dari tampak dari luarnya saja tanpa melihat yang kenyataan
sebenarnya, seperti tampak mewah, tampak cantik, tampak indah.
Ojo mangro mundhak kendo maksudnya
jangan suka berfikir bercabang-cabang karena membuat niat dan semangat jadi
kendor. Intinya fokuskan pada satu pikiran dulu kerjakan sampai tuntas, baru
kemudian beralih ke pikiran berikutnya agar niat dan semangatnya tidak mudah
pudar.
5.
Ojo
Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)
Adigang,
adigung, adiguna adalah satu ungkapan Jawa yang menggambarkan sifat angkuh dan
sombong yang dimiliki seseorang. Adigang adalah sifat manusiawi yang suka
menyombongkan kekuatan, kekuasaan, jabatan, pangkat, wewenang, atau otoritas.
Adigung merupakan sifat manusiawi yang menyombongkan kekayaan, harta, martabat
atau harga diri. Manusia seperti selalu mengukur segala berdasarkan materi.
Adiguna ialah sifat manusiawi yang menyombongkan dan mengagung-agungkan bakat
dan kepandaian yang dimiliki. Hendaknya jauhkanlah diri kita dari 3 sifat tadi,
karena sesungguhnya semua yang kita miliki saat ini hanyalah titipan yang akan
dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Manusia tidak pantas
menyombongkan diri, yang pantas sombong hanyalah Allah, karena sifat sombong
adalah jubahnya Allah.
Filosofi yang bijak dari Sunan
Kalijaga ini ternyata masih relevan lho jika
diterapkan dalam kehidupan saat ini. Serasa seperti mendapat wejangan saat
menuliskan ini. Semoga pembaca juga merasakan hal yang sama saat membacanya yaa
dan semoga kita bisa belajar bersama-sama menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Maturnuwun :)
Semoga bermanfaat
Saran dan masukannya selalu
ditunggu
Cahaya Fitria #30DWC23, 08 Maret
2016
Referensi :
www.kompasiana.com/ragile
ardinawahyu.blogspot.com
sarungpreneur.com
sedjatee.wordpress.com
yang pantas sombong hanyalah Allah ???????
BalasHapussifat sombong adalah jubahnya Allah ???????
maksudnya gimana sdr.ku ???
mohon maaf, apakah kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan dari sunan kalijaga? jika tidak, mohon diralat karena dapat menyebabkan disinformasi.
BalasHapus