Rabu, 24 Februari 2016

Celengan Haji Pak Lek Soto



Di suatu malam selepas hujan, Ibu, Ayah, adek dan aku sedang duduk-duduk santai di teras depan rumah. Karena hujan yang mengguyur sepanjang siang tadi, udara jadi terasa dingin yang membuat perut jadi keroncongan.

Dari kejauhan terdengar suara ting... ting... ting... suara tukang soto madura keliling yang biasa lewat depan rumah. Aku bergegas keluar rumah mencari asal suara itu, ternyata masih jauh di ujung gang sana. Aku panggil saja, soto... soto sambil bertepuk tangan. Si Pak Lek soto akhirnya mendekat dan berhenti di depan rumah. Aku memesan 4 mangkok soto madura komplit.
Selesai makan, lalu aku kembalikan mangkok Pak Lek soto dan membayarnya...

Ketika membayar aku melihat Pak Lek memisah-misahkan uang yang diterimanya, ada yang disimpan dalam dompet, ada yang dalam laci rombong sotonya, dan satu lagi di simpan dalam celengan kaleng bekas biskuit. Melihat hal itu cukup mengganggu pikiranku, lalu aku beranikan bertanya untuk mengobati rasa penasaranku.

“Pak Lek, kenapa uang njenengan dipisah-pisah gitu?” tanyaku menyelidik. “Ngge mbk, Pak Lek sudah mulai memisahkan uang-uang itu dari 15 tahun yang lalu, sejak pertama jualan soto. Tujuannya sederhana mbk, hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Pak Lek dan keluarga dan mana yang jadi kewajiban, serta mana yang jadi hak orang lain. Kan di dalam harta yang kita miliki itu terdapat hak orang lain yang dititipkan kepada kita.” jelas Pak Lek soto

“Maaf, saya kurang faham maksud njenengan...?” saya melanjutkan bertanya
“Ngge mbk, kan Allah menganjurkan kita untuk sedekah berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Makanya saya memisahkan uang saya menjadi 3 bagian itu

Bagian yang pertama, uang yang masuk dompet saya, maksudnya ya buat memenuhi kebutuhan pribadi saya dan keluarga, seperti untuk makan sehari-hari dan untuk biaya sekolah anak saya.

Trus bagian kedua, uang yang masuk ke laci rombong saya sisihkan untuk bersedekah berbagi kepada yang membutuhkan dan sisanya saya celengi buat ikut qurban mbk. Meskipun sedikit-sedikit saya kumpulkan, lama-lama syukur-syukur bisa buat beli kambing.

Dan yang saya masukkan celengan ini buat tabungan, nanti kalau uangnya sudah cukup, mau tak pakai daftar haji mbk. Karena saya ingin menyempurnakan rukun Islam kelima yaitu pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu. Ibadah haji kan tentu butuh biaya besar. Makanya Pak Lek bilang dlu ke Bu Lek mau nyelengi dikit-dikit dan Bu Lek setuju bahwa sebagian hasil penjualan soto kita celengi disini sebagai tabungan buat haji. Insya Allah 5 Tahun lagi  Pak Lek dan Bu Lek mau pergi haji.”

Aku tercengang mendengar penjelasan Pak Lek soto. Subhanallah, terlantun tasbih dalam hati. Sungguh sebuah jawaban yang mulia yang diluar dugaan. Kita mungkin memiliki nasib yang lebih baik dari Pak Lek soto tadi, tapi belum tentu memiliki pikiran semulia dan punya rencana seindah seperti rencana Pak Lek itu. Kita sering kali berlindung dibalik kata belum mampu dan belum ada rejeki.   

“Rencana itu memang indah dan mulia pak lek, tapi kan haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk mampu dalam urusan biaya...?” tanyaku lebih lanjut

Beliau menjawab, “Yaitulah mbk, saya jadi malu kalau bicara tentang mampu dan tidak mampu ini. Karena definisi mampu itu bukan haknya orang yang kaya dan memiliki banyak uang saja. Melainkan mampu itu sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan dalam mengartikannya sendiri, bila kita menganggap diri sebagai orang tidak mampu, maka selamanya kita akan jadi orang yang tidak mampu. Sebaliknya jika kita menganggap diri kita “mampu”, maka insya Allah dengan izinNya Allah akan mampukan kita. 

Masya Allah, sebuah jawaban yang indah dan penuh keyakinan dari seorang tukang soto keliling.
Dari bapak tukang soto tadi, kita dapat belajar bila kita yakin mampu, maka Allah akan mampukan kita. Allah sesuai dengan persangkaan hambaNya. Kalau kita yakin terus kita berusaha diiringi doa. Insya Allah suatu saat kita akan sampai pada tujuan kita dengan izinNya.

Keep Huznudhon ilallah, yakin dan bersungguh-sungguhlah :)
Semoga bermanfaat
 
Cahaya Fitria untuk #30DWC10
240216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar