Senin, 15 Februari 2016

Tulisan sebagai Pengikat Ilmu



Assalamualaikum Sahabat Cahaya :)
Setiap harinya banyak ilmu-ilmu baru yang kita dapatkan. Baik itu berasal dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, maupun pembelajaran dari apa yang kita baca, kita dengar atau kita rasakan. Karena banyaknya ilmu-ilmu baru yang terus masuk dalam otak kita itu membuat kita jadi mudah lupa, jangankan ilmu yang kita dapat seminggu yang lalu, ilmu yang baru saja kita dapat pun akan mudah sekali lepas dari ingatan. Lupa adalah sifat khasnya manusia, bagaimana caranya agar ilmu yang didapat tidak mudah terlepas dari ingatan? Caranya hanyalah dengan mengikatnya ke dalam sebuah tulisan.
Keterbatasan otak manusia dalam menyimpan suatu ingatan membuat mereka lebih mudah lupa atas apa-apa yang terjadi di masa lampau, berawal dari hal itu lah maka perlunya kita mengikat ingatan-ingatan akan suatu kejadian, kenangan, pengalaman dan ilmu yang didapatkan dalam sebuah tulisan. Karena tulisan itu akan menjadi satu pengingat dan juga rekam jejak apa yang telah terjadi di masa lampau. Meskipun sang penulis telah tiada tulisannya akan tetap hidup di hati para pembacanya.
Menurut Sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau mengibaratkan "ilmu itu seperti hewan buruan dan tulisan sebagai tali pengikatnya." Agar hewan buruan tidak lepas maka kita perlu mengikatnya dengan tali pengikat. Begitu pun juga dengan ilmu dan pengalaman baru yang tiap hari kita dapatkan, bila tidak segera diikat dalam sebuah tulisan atau catatan akan mudah sekali lepas dari ingatan. Setelah ilmu diikatkan dalam sebuah tulisan agar lebih kuat lagi ikatannya, maka perlu untuk diamalkan. Karena ilmu yang berbuah surga adalah ilmu yang diamalkan. Sebagaimana dalam firman Allah, “Demikian itu surga diwariskan bagi orang-orang yang mau mengamalkan ilmunya.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan. Ilmu yang diamalkan pahalanya akan senantiasa mengalir bahkan sampai kita telah meninggalkan dunia ini, ilmu-ilmu itu akan tetap hidup melalui orang-orang yang telah diajarkan dan terus mengamalkan apa yang diajarkannya. Seperti sabda Rosulullah dalam sebuah hadits, “Jika anak adam mati, maka akan terputuslah seluruh amalnya, kecuali 3 perkara yaitu, shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang senantiasa berdoa kepadanya.” (HR. Muslim)
Jadi, masih mau membiarkan apa-apa yang telah didapat mudah sirna dari ingatan dengan begitu saja? Ayo sebelum terlambat lekas tuliskan dalam sebuah tulisan dan jangan lupa diamalkan juga yaa, semoga bermanfaat, ditunggu saran dan masukannya demi perbaikan di tulisan berikutnya.
Wassalamualaikum Sahabat Cahaya :)
Cahaya Fitria untuk #30DWC2

2 komentar:

  1. sangat bermanfaat:)
    syukron ka fitria:)

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, syukurlah :)
    iya, اِنْ شَآ ءَاللّٰهُ smoga bisa istiqomah çαмα² belajar dan saling mengingatkan dalam kebaikan
    syukron ukhti Santi dan Ukhti Nurul sudah berkenan mampir ^_^

    BalasHapus