Senin, 07 Maret 2016

Memaknai 10 Filosofi Jawa Sunan Kalijaga



Di hari ke 22 ini saya mau berbagi tentang hal-hal yang berbau sastra, apakah ada disini yang pecinta sastra? Agak seriusan dikit nih, hari ini kita akan belajar bersama tentang sebuah filosofi hidup yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga, bahasan ini masuk dalam kategori penelitian sastra. Penasaran?

Tahukah kamu apa itu filosofi? Filosofi merupakan pola pikir manusia atau prinsip hidup yang timbul dari fenomena-fenomena kehidupan yang pernah dialami seseorang. Filosofi juga bisa dikatakan cara bijak dalam memaknai hidup. Bagaimana cara bijak memaknai hidup yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga?

Monggo dibaca... 

Sebelum membahas tentang filosofinya kanjeng Sunan Kalijaga, izinkan saya sedikit membahas tentang siapa itu Sunan Kalijaga. Barangkali sahabat ada yang belum tahu?

via kawruh-kejawen.blogspot.com

Pada jaman dahulu penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dipelopori oleh wali 9 (baca:9 wali). Salah satu diantara 9 wali itu adalah Raden Mas Said yang dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Beliau adalah murid dari Raden Makdum Ibrahim yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menyebarkan agama islam di Jawa Tengah. Beliau adalah seorang pemimpin, pujangga, dan filosof yang dalam penyebaran agamanya melalui pendekatan yang berbeda disesuaikan dengan lingkungan masyarakat. Penyampaian dakwah beliau tergolong unik berbeda dengan para wali yang lainnya, seperti dakwah melalui filosofi-filosofi kehidupannya, gending-gending tradisional, pertunjukan wayang, sampai tembang-tembang dolanan yang sarat akan makna.

Terdapat beberapa filosofi kehidupan yang diajarkan Sunan Kalijaga yang patut dijadikan renungan bersama. Jika nasehat-nasehat dalam filosofi hidup Sunan Kalijaga itu kita jadikan pegangan dan diteladani, insya Allah kita akan selamat dunia-akhirat. Aamiin

via turwahyudin.wordpress.com

Ada 10 filosofi kehidupan yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga ditulis dalam bahasa Jawa, tapi disini saya akan bahas 5 hal terlebih dulu diantaranya sebagai berikut:

1.      Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala)
Wong urip iku tansah murup tansa nduweni barokah marang liyan (Orang hidup itu harus hidup harus dapat memberi barokah kepada yang lain) maksudnya bahwa kita sebagai manusia itu harus bisa bermanfaat dan membawa barokah bagi orang lain.

Filosofi ini mengingatkan saya pada sebuah hadits nabi SAW

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”                             
(HR. Ahmad, Thabrani dan Daruqutni)

Inilah salah satu tujuan hidup manusia. Seseorang harus memiliki keterpanggilan jiwa untuk saling menolong saudaranya berusaha memberi manfaat walau sekecil apapun dan jangan sampai merugikan orang lain. Karena manusia terbaik adalah manusia yang memberi manfaat bagi sesamanya.

2.  Memayu Hayuning Bawono, Ambrasta Dur Angkoro (Memperindah keindahan dunia, Memberantas Sifat Angkara Murka)
Mengandung makna manusia itu harus memelihara dan memperbaiki lingkungan fisiknya, selain itu manusia juga harus memelihara dan memperbaiki lingkungan spiritualnya. Memelihara dan memperbaiki lingkungan fisiknya seperti menjaga kebersihan badan dan lingkungannya sedangkan memelihara dan memperbaiki lingkungan spiritual itu seperti menjaga sikap dan akhlaqnya, menghilangkan semua penyakit hati: serakah, angkuh, sombong, iri, dengki dll. Hal inilah yang dapat memperindah keindahan dunia.

3.      Suro Diro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti (Segala sifat keras hati, picik, angkara murka akan hilang dengan kelembutan hati dan kesabaran)
Mengandung makna bahwa semua bentuk angkara murka (baca:kejahatan) yang bertahta dalam diri manusia akan dapat dihilangkan/dikalahkan dengan sifat lemah lembut, sabar, penuh kasih sayang dan kebaikan. Maksudnya untuk membalas kejahatan bukan dengan kejahatan  lain yang justru akan menimbulkan masalah baru, tapi balaslah kejahatan itu dengan kebaikan.

4.      Ngluruk Tanpo Bala, Menang Tanpo Ngasorake (Mendatangi tanpa bantuan, Menang tanpa merendahkan)
Mengandung makna berani menghadapi siapapun atau permasalahan apapun tanpa mengharap bantuan orang lain. Menempuh kemenangan dengan jalan yang elegan, tanpa harus merendahkan dan mempermalukan lawan.

5.      Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan mudah sakit hati saat tertimpa musibah, Jangan mudah sedih saat kehilangan sesuatu)
Mengandung makna saat diri tertimpa musibah janganlah mudah sakit hati bahkan sampai menyalahkan Tuhan atas apa yang menimpa. Dan saat mengalami kehilangan seseorang/sesuatu yang disayang janganlah mudah bersusah hati. Kembalikan semua padaNya karena sesungguhnya semua berasal dariNya dan akan kembali padaNya.
Semoga bermanfaat

Tunggu lanjutannya di tulisan berikutnya :)

Cahaya Fitria #30DWC22, 07 Maret 2016

Referensi:

sejarahsunankalijaga.blogspot.com

id.wikipedia.org
membumikanlangit.blogspot.com
sejarahwan.blogspot.com
falasik.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar