Rabu, 09 Maret 2016

Sebuah Kisah Inspiratif “ Nasehat Bijak Ayah ”



Postingan Final Test 2 #30DWC ini saya akan menceritakan kembali sebuah kisah inspiratif yang sederhana tapi sangat dalam maknanya, dengan beberapa perubahan dan penyesuaian. Sebuah pembelajaran hidup dari nasehat bijak seorang ayah.
via dizaz.me
Pada suatu hari ada seorang anak datang mengeluh kepada ayahnya.

“Sang anak menghampiri ayahnya dan duduk di sampingnya. “Ada apa? Ceritakan ayah akan mendengarkanmu!”

“Yah, aku capek... tiap hari harus belajar mati-matian biar dapat nilai bagus sedangkan temanku  dapat nilai bagus tanpa belajar, kan ga adil yah... “ cerita sang anak sambil merengek

“Aku capek harus selalu jaga sikap untuk menghormati orang lain sedang orang lain ga pernah menghormati aku, sikapnya selalu saja seenaknya”

“Aku capek harus selalu menahan diri, aku ingin seperti mereka, bebas bersikap tanpa peduli perasaan orang lain... hiks “ sang anak mulai menangis

“Wis mari sambatane, nak?”

Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya “Cah ayu ayo ikut, ayah akan tunjukkan sesuatu.”
Lalu sang ayah mengajaknya keluar rumah, mereka berjalan menyusuri jalan yang sangat memprihatinkan. Sebuah jalan yang tak layak dilewati, berbatu, banyak duri, berlumpur, banyak serangga dan ditumbuhi ilalang.

Sang anak pun kembali mengeluh “ayah jalan macam apa ini? Kita mau kemana? Aku ga mau lewat jalan ini aku ga suka, lihat sepatuku jadi kotor kena lumpur, kakiku sakit tertusuk duri, badanku gatal-gatal digigit serangga, dan ga bisa jalan karena dihadang ilalang. Aku benci jalan ini. Ayo pergi dari sini, yah! Sang ayah hanya diam mendengar anaknya tak henti mengeluh sepanjang perjalanan.

Setelah melalui perjalanan panjang yang menyakitkan akhirnya mereka berdua tiba di sebuah tempat. Tempat yang cukup asing tapi sangat menakjubkan. Disana ada telaga yang sangat indah dengan air yang jernih, airnya segar, dan hawanya sangat sejuk. Di samping telaga tampak kebun yang indah, bunga-bunganya cantik dan pohon-pohonnya rindang.

“Subhanallah, tempat apa ini, yah? Aku suka sekali!” sang ayah hanya diam kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rumput hijau.

“Kemari cah ayu, duduk samping ayah!” lalu sang anak pun menghampiri ayah dan duduk di sampingnya.

“Anakku, tahukah kamu mengapa tempat seindah ini begitu sepi?”

“Tidak tahu yah, emangnya kenapa?”

“Itu karena orang tidak mau menyusuri jalan tak layak dilewati tadi, padahal mereka tahu ada telaga indah di sini, tapi mereka tidak bisa sabar melewati jalan yang tadi. Makanya sebelum sampai di sini mereka uda nyerah akhirnya memutuskan kembali pulang.”

“Owh... berarti kita termasuk orang yang sabar ya, yah? Alhamdulillah”

“Iya, betul nak. Akhirnya kamu mengerti juga kan?”

via dizaz.me


“Cah ayu, butuh kesabaran dalam belajar itu, butuh kesabaran juga dalam bersikap baik, juga kesabaran dalam kejujuran. Dalam setiap kebaikan butuh kesabaran agar kita menang. Seperti jalan yang tadi, bukankah kau harus sabar saat duri melukaimu,  saat lumpur yang mengotori sepatumu, saat melewati ilalang dan saat digigiti serangga. Pada akhirnya semua kesabaranmu itu terbayar kan? Sebuah telaga indah menantimu. Coba seandainya tadi kamu ga sabar, apa yang kamu dapat? Kamu ga akan dapat apa-apa, mungkin hanya kesakitan. Maka dari itu terus bersabarlah anakku.” Nasehat Ayah

“Tapi, tidak mudah bersabar itu ayah”

“Ayah tahu, oleh karena itu ada ayah yang selalu menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat, ayah dan ibu juga akan selalu ada di sampingmu saat kau jatuh. Tapi ingat nak, ayah dan ibu tidak bisa selamanya di sampingmu. Suatu saat nanti, kau harus bisa mandiri, jangan pernah bergantung pada orang lain. Jadilah dirimu sendiri, seorang gadis yang kuat agamanya, yang tetap tabah dan sabar. Maka akan kau dapati dirimu tetap berjalan dalam  kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan kau tahu akhirnya kan? Ada kebahagiaan menantimu di depan.”
“Sekarang aku mengerti. Terima kasih ayah, aku akan tetap tegar saat yang lain terlempar.”

“Jika nanti engkau berumah tangga dan menjadi seorang ibu, maka jadilah seperti air di telaga ini. Begitu indah dan bersih. Ia menjadi sumber kekuatan dan kehidupan bagi apapun yang ada di sekitarnya. Air inilah yang menjadikan bunga tampak indah dan banyak pohon rindang.” Pesan sang Ayah.

Subhanallah, kisah yang begitu menyentuh hati, nasehat bijak seorang ayah yang begitu sayang pada putrinya. Semoga kisah di atas dapat memotivasi kita untuk menjadi orang yang sabar dan tegar.
Semoga bermanfaat

Cahaya Fitria #30DWC24, 09 Maret 2016

Sumber Referensi:
www.katabijaklogs.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar