Jumat, 04 Maret 2016

Tak Selamanya Menunggu itu Membosankan




via udarino.blogspot.com


Bagi kebanyakan orang menunggu adalah kegiatan yang membosankan. Semua pasti pernah merasakannya bukan? Apalagi kalau yang ditunggu itu tak jelas kepastian kapan datangnya.

Menunggu menjadi membosankan karena dilakukan dalam keadaan pikiran kita yang tidak bersama badan saat menunggu. Saat itu pikiran kita berjalan-jalan meninggalkan badan seakan-akan mencari hal yang ditunggu. Padahal, semakin kita mencari hal yang ditunggu semakin kita tidak akan menemukannya. Karena pencarian yang dilakukan pikiran justru mengada-adakan hal yang sebenarnya tidak ada. Hal itulah yang membuatnya menjadi membosankan.

Seorang teman berkata, “Menunggu itu nikmat, temukan kenikmatan dalam menunggu.” 

Lantas dimana letak kenikmatannya? 

 
Saat menunggu itu keadaan pikiran dan badan kita seringkali tidak berjalan beriringan, seperti pikiran dimana, badan dimana...  hal itulah yang menyebabkan munculnya kegelisahan dan ketidaktenangan dalam menjalani hidup. Pikiran sering tidak berada di tempatnya saat ini, ia melang-lang buana ke masa depan kadang juga kembali ke masa lalu.

Seperti dalam sebuah kisah, ada seorang penggembala sedang menuntun sapinya dengan tali. Melihat hal itu, ada seorang guru bertanya pada muridnya, “sapi itu terikat pada penggembala atau sang penggembala yang terikat pada sapi?”

Muridnya menjawab, “sapinya lha yang terikat pada penggembala, kan sapi itu peliharaannya.”
Tiba-tiba sang guru mendekat pada sapi itu kemudian memotong talinya, sapi itu berlari kencang dan sang penggembala itu mengejarnya dengan susah payah.

“Kenyataan tidak seperti yang kau kira, muridku” kata sang guru.

Lihat saja itu sang pengggembala berlari mengejar sapinya, karena sang gembala itu yang terikat pada sapinya dan bukan sapinya yang terikat pada sang penggembala.

Sang murid pun hanya bisa bengong melihat kejadian itu.

Seperti halnya penggembala itu, seperti itu lah pikiran kita bila tidak dapat dikontrol akan memperbudak diri kita. Seharusnya kan pikiran yang terikat pada manusia bukan manusia yang terikat pada pikirannya, yang terjadi malah sebaliknya.

Pikiran adalah suatu jalan yang dilewati semua peristiwa yang sudah dan belum terjadi. Dapat dibayangkan dengan banyaknya peristiwa yang telah terjadi dalam kehidupan manusia ditambah dengan peristiwa yang belum terjadi membuat keramaian dalam pikiran. Hal itu akan terjadi terus menerus selama pikiran tidak diistirahatkan. 

Keramaian dalam pikiran butuh disaring dan didiamkan untuk membuat pikiran menjadi kembali jernih seperti sedia kala. Salah satu caranya adalah dengan menunggu. Menunggu merupakan waktu badan jasmani dan rohani dalam keadaan diam hening yang bertujuan untuk mengendapkan kotoran-kotoran dunia.  Ketika diri dalam posisi hening menunggu, waktu akan melambat diimbangi dengan ketenangan pikiran membuat apa yang terjadi ke depannya justru akan terlihat jelas.

Menunggu dengan badan dan pikiran yang berada di tempatnya membuat kita sepenuhnya sadar dan mensyukuri  yang terjadi saat ini, hingga kita tidak akan gelisah dengan kejadian yang telah lalu dan tidak akan mencemaskan kejadian di masa yang akan datang.

Menunggu dapat menenangkan pikiran dan kembali menjernihkannya, dengan syarat saat menunggu pikiran harus diistirahatkan, tetap berada ditempatnya tidak melayang-layang entah kemana. Ingat, bukan pikiran yang mengendalikan kita, melainkan kitalah yang mengendalikan pikiran itu sendiri. Menunggu juga tidak akan membosankan bila kita mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, bukan bengong yang akhirnya membuat pikiran dimana badan dimana...

Masih berpikir menunggu itu membosankan? Coba ubah mindset kita

So, tak selamanya menunggu itu membosankan... menunggu itu nikmat :-)

Semoga bermanfaat

Cahaya Fitria #30DWC19, 04 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar